Selasa, 30 Juni 2020

Skenario Pendidikan Menuju Normal Baru

Dengan di mulainya Era New Normal, Seluruh aspek kehidupan mau tidak mau harus bisa beradaptasi dengan keadaan saat pandemi Covid-19 yang belum diketahui kapan akan berakhir, begitupun dengan dunia
pendidikan khususnya sekolah. Sistem Pembelajaran yang konvensional perlahan-lahan akan beralih ke sistem digital dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Sekolah tentunya harus memahami apa saja yang harus dipersiapkan untuk menyongsong hal tersebut, baik dari segi fisik maupun kompetensi tenaga pendidiknya

Sehubungan kondisi tersebut, saya mencoba mengemukakan tiga skenario pendidikan menuju normal baru, yakni sebagai berikut. 

Skenario Pertama

Pada skenario pertama ini, menjalankan komitmen melalui penguatan aktif untuk memberikan pemahaman dan mentaati semua protokol kesehatan, antara lain menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dan menjalankan pola hidup bersih dan sehat serta hidup produktif dimanapun kita berada. 

Skenario Kedua,

Pada skenario kedua ini; (1) memberikan pemahaman tentang protokol kesehatan melalui kegiatan sosialisasi, edukasi, dan simulasi secara efektif untuk memastikan protokol kesehatan tersebut dijalankan dengan baik. Untuk itu pengawasan harus dijalan secara baik dan sanksi harus diberikan kepada siapa saja yang melanggar peraturan yang berlaku; (2) jika pemerintah tetap menutup sekolah atau belajar dari rumah, sementara sistem pendidikan nasional tetap dapat memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan berkualitas, melindungi warga satuan pendidikan dari dampak buruk COVID 19, mencegah penyebaran dan penularan COVID 19 di satuan pendidikan; dan memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik, dan orang tua, maka solusinya adalah melalui Belajar Dari Rumah (BDR) melalui Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), yakni pembelajaran jarak jauh dalam jaringan/online (daring) dan pembelajaran jarak jauh luar jarigan (luring), seperti: menggunakan televisi, radio, modul belajar mandiri, dan lembar kerja lebih diefektifkan. Belajar Dari Rumah (BDR) dilaksanakan memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik tanpa terbebani penuntasan kurikulum dan berfokus pada pendidikan kecakapan hidup, bervariasi antar daerah, satuan pendidikan dan peserta didik sesuai minat dan kondisi masing-masing, hasil belajar diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna tanpa diharuskan memberi skor atau nilai kuantitatif serta mengedepankan pola interaksi dan komunikasi yang positif antara guru dan orang tua; (3) perlawanan terhadap wabah covid 19 memerlukan kesadaran kolektif semua pihak (stakeholder) pendidikan, yakni keluarga, sekolah atau pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, tiga komponen masyarakat tersebut harus berkolaborasi mempersiapkan pendidikan menuju normal baru. Menurut penulis skenario dan persiapan untuk kembali sudah dapat disiapkan mulai dari sekarang secara bertahap, meliputi sosialisasi, edukasi dan desiminasi. Banyak infrastruktur sekolah yang harus disesuaikan seperti jarak meja, pengadaan tempat cuci tangan dilengkapi sabun dan air mengalir, mengatur jam belajar, dan review kurikulum, tentu saja dilakukan secara bertahap berdasarkan kondisi daerah masing-masing dengan mempertimbangkan aspek epidemiologi, sistem kesehatan dan surveilans yang tidak sama di setiap daerah; (4) demi mengefektifkan belajar dari rumah perlu diberikan pembimbingan atau pendampingan kepada orang tua mengenai home schooling. 

Terutama di fase transisi (scenario kedua), kepala sekolah berperan, antara lain: (1) menetapkan model pengelolaan satuan pendidikan darurat selama BDR dan menentukan sistem pembelajaran; (2) membuat rencana keberlanjutan pembelajaran; (3) melakukan pembinaan dan pemantauan kepada guru; (4) memastikan ketersediaan sarana prasarana yang dimiliki guru daam memfasilitasi pembeljaran jarak jauh; (5) membuat program pengasuhan untuk mendukung orang tua /wali dalam mendampingi anak BDR; (6) membentuk Tim Siaga Darurat untuk penanganan COVID 19 di satuan pendidikan; (7) berkoordinasi dan memberikan laporan secara berkala kepada Dinas Pendidikan dan/atau UPT Pendidikan di daerah.

Pendidik atau guru berperan memfasilitasi pembelajaran jarak jauh secara daring, luring, maupun kombinasi keduanya sesuai kondisi dan ketersediaan sarana pembelajaran. Bentuk peran guru, antara lain: (1) APA (isi atau konten); berkordinasi dengan kepala sekolah dan mereview kurikulum; (2) SIAPA (profil pembelajaran, status dan kebutuhan saat ini, dukungan kelurga; dan (3) BAGAIMANA: penlaian diri guru, dukungan guru, sumber daya, menyusun pembelajaran, dukungan dan umpan balik kepada siswa dan penilaian, Orang tua berperan, antara lain: (1) memastikan mekanisme komunikasi dengan guru dan tenaga pendidik; (2) bersama guru merencanakan pembelajaran inkulusif (al. jadwal dan penugasan) sesuai kondiri orang tua dan peserta didik; (3) berkoordinasi dengan guru mengenai penugasan belajar; (4) bersama guru mengontrol pembelajaran siswa. 

Skenario Ketiga,

Pada skenario ketiga ini; (1) meskipun ada pihak mengatakan bahwa sekolah-sekolah yang berada di zona hijau dapat saja membuka sekolah, namun harus diperhitungkan secermat-cermatnya dan tetap selalu berdisiplin menjalankan protokol kesehatan, antara lain: menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dan tetap menjaga pola hidup sehat dan bersih (bersih lingkungan dan berolah raga atau senam pagi sebelum masuk kelas) secara lebih efektif sehingga efektivitas pelaksanaan protokol kesehatan di lingkungan pendidikan dapat dipastikan karena menjaga keselamatan dan kesehatan siswa dari wabah COVID 19 adalah yang pertama dan utama. Lagi pula harus diakui dan disadari bahwa kesulitan pencegahan dan keluar dari wabah corona ini karena kurang disiplinnya masyarakat. Oleh karena pandemik ini harus memberikan pembelajaran kepada kita akan pentingnya pembentukan disiplin yang harus ditanamkan dari sejak dini; (2) menyediakan sarana pembelajaran yang menunjang efektivitas blended learning. Namun tidak cukup, kurang efektifnya belajar siswa, tidak semata-mata karena kurangnya infrastruktur dan jaringan, melainkan disebabkan oleh kurang kompetensi guru, terutama dalam pembelajaran daring, dan lebih parah lagi adalah budaya belajar peserta didik yang sangat lemah, faktanya kontrol belajar siswa ada pada orang lain. Hal ini terjadi sebagai dampak dari pengaruh strategi belajar selama ini yang bersifat behavioristik, ke depan mestinya mulai diusahakan untuk menerapkan pembelajaran kontruktifistik. (3) selalu mengusahakan inovasi pembelajaran yang inovatif; dan (4) meningkatkan partisipasi orang tua dan masyarakat dalam pembelajaran efektif.

Di semua fase, semestinya kepala sekolah, guru dan orang tua harus saling menguatkan untuk berkolaborasi mewujudkan pendidikan yang lebih baik di era normal baru sesuai tugas dan fungsi masing-masing

0 komentar:

Posting Komentar

LEMBAR OBSERVASI E-KIN GURU DAN KS

     Silahkan download filenya pada link yang tersedia berikut 1. Petunjuk Tekhnis  Word    :      DOWNLOAD DISINI 2. Lembar Observasi Guru ...